Minggu, 05 Oktober 2008

Pendidikan TI Berbasis TECHNOPRENEURSHIP

Teknologi komunikasi dan informasi atau teknologi telematika (information and communication technology (ICT) telah diakui dunia sebagai salah satu sarana dan prasarana utama untuk mengatasi masalah-masalah dunia. Teknologi telematika dikenal sebagai konvergensi dari teknologi komunikasi (communication), pengolahan (computing) dan informasi (information) yang diseminasikan mempergunakan sarana multimedia.

Technopreneurship adalah sebuah inkubator bisnis berbasis teknologi, yang memiliki wawasan untuk menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan di kalangan generasi muda, khususnya mahasiswa sebagai peserta didik dan merupakan salah satu strategi terobosan baru untuk mensiasati masalah pengangguran intelektual yang semakin meningkat ( + 45 Juta Orang). Dengan menjadi seorang usahawan terdidik, generasi muda, khususnya mahasiswa akan berperan sebagai salah satu motor penggerak perekonomian melalui penciptaan lapangan-lapangan kerja baru. Semoga dengan munculnya generasi technopreneurship dapat memberikan solusi atas permasalahan jumlah pengangguran intelektual yang ada saat ini. Selain itu juga bisa menjadi arena untuk meningkatkan kualitas SDM dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal ditengah kompetisi global. 

Disisi lain bahwa kurikulum Pendidikan TI berbasis Technopreneurship yang diberikan di perguruan tinggi memiliki tujuan sebagai berikut :

  1. Memberikan kontribusi kongkret dalam mensiasati masalah pengangguran intelektual di Indonesia.
  2. Mengembangkan spirit kewirausahaan di dunia perguruan tinggi.
  3. Meminimalisir gap antara pemahaman teori dan realita praktek dalam pengelolaan bisnis.
  4. Manfaat bagi mahasiswa dalam proses implementasi Technopreneurship Based Curicullum adalah sebagai berikut :
  • Memperoleh pencerahan mengenai alternatif profesi sebagai wirausaha selain sebagai ekonom, manajer atau akuntan atau profesi lainnya.
  • Memiliki skill-based yang memadai dalam bidang Teknologi Informasi
  • Mendapatkan pengetahuan dasar dalam bentuk teori maupun praktek magang dalam mengelola suatu bisnis. 
  • Memperoleh akses untuk membangun networking dunia bisnis.

 Sedangkan bagi Perguruan Tinggi sebagai fasilitator adalah :

  1. Menjadi bentuk tanggungjawab sosial sebagai lembaga pendidikan untuk berkontribusi dalam mengatasi masalah pengangguran.
  2. Menjadi bagian penting dalam upaya menjembatani gap kurikulum pendidikan antara lembaga pendidikan dan industri pengguna.
  3. Menjadi salah satu strategi efektif untuk meningkatkan mutu lulusan.
  4. Menjadi wahana interaksi untuk komunitas Perguruan Tinggi yang terdiri dari alumni, mahasiswa, dosen, dan karyawan dengan masyarakat umum.

Berdasarkan tujuan tersebut di atas, maka Program Pengembangan Budaya Technopreneurship atau kewirausahaan di Perguruan Tinggi dirancang meliputi 6 (enam) kegiatan yang saling terkait, yaitu:

1.       Pelatihan materi Techno SKILL BASED

2.       Magang Kewirausahaan

3.       Kuliah Kewirausahaan 

4.       Kuliah Kerja Usaha

5.       Karya Alternatif Mahasiswa

6.       Konsultasi Bisnis dan Peluang usaha

Secara teknis, implementasi pendidikan TI berbasis TECHNOPRENEURSHIP ini, sama saja seperti perkuliahan pada umumnya, hanya saja pada 2 semester pertama secara intensif para mahasiswa diberikan pelatihan (training) sebagai pondasi awal berupa penguasaan bahasa pemrograman (VB.Net/C#/Java) atau disain grafis 3D, WEB, dan ini disesuaikan dengan kebutuhan dunia industri TI saat itu.

Proses pelatihan diberikan bersamaan dengan perkuliahan reguler, sehingga mereka mendapat pembinaan secara intensif & fokus untuk mempersiapkan SKILL Based mereka. Pada saat mereka menginjak semester 3, mereka melakukan proses pemagangan di perusahaan/industri TI, setelah itu diharapkan para mahasiswa sudah bisa bekerja secara part time di beberapa perusahaan, sehingga ketika mereka telah menyelesaikan studinya, mereka memiliki asset berupa knowledge & experince yang cukup untuk menjadi Technopreneur, atau alternatif lainnya mereka tetap bisa bersaing secara kompetitif untuk mendapatkan lapangan pekerjaan dengan bekal IPTEK yang mereka telah kuasai.

Menatap masa depan berarti mempersiapkan generasi muda yang memiliki kecintaan terhadap pembelajaran dan merupakan terapi akademis & kesehatan jiwa bagi anak bangsa, semoga munculnya generasi technopreneurship dapat memberikan solusi atas permasalahan jumlah pengangguran intelektual yang ada saat ini. Selain itu juga bisa menjadi arena untuk meningkatkan kualitas SDM dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal ditengah kompetisi global. mulailah dari diri sendiri untuk berbuat sesuatu guna menciptakan pendidikan kita bisa lebih baik dan berkualitas, karena ini akan menyangkut masa depan anak-anak kita dan juga Bangsa Indonesia.

Sumber : forum.detik.com

Sabtu, 04 Oktober 2008

Pendidikan berbasis Teknologi Informasi (TI)

Pendidikan dan guru suatu hal yang tidak dapat dipisahkan, guru dan kemajuan teknologi informasi untuk saat ini adalah suatu hal yang juga tidak dapat dipisahkan, artinya guru dituntut untuk paling tidak mengetahui atau mengikuti kemajuan teknologi informasi, kita belum berbicara paham dan mengerti apalagi menguasai teknologi informasi. Seorang guru sudah seharusnya menguasai dasar-dasar kemampuan komputer seperti :

Teknologi informasi (TI) melaju sangat cepat. Berbagai pasilitas bermunculan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Tentunya ini akan berdampak terhadap pemanfaatan TI pada proses KBM (kegiatan belajar mengajar) demi terciptanya proses yang lebih cepat dan efektif. 

Dalam dunia pendidikan di Indonesia, sudah saatnya kita memanfaatkan teknologi informasi tersebut. Teknologi informasi akan memberikan nilai tambah dalam proses pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan semakin tingginya kebutuhan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak semuanya diperoleh dalam lingkungan sekolah. Dalam pemanfaatan teknologi informasi diharapkan tingkat daya pikir serta kreativitas guru dan siswa serta masyarakat dapat berkembang dengan pesat. Seorang guru akan dengan mudah mencari bahan-bahan ajar yang sesuai dengan bidangnya, seorang siswa dapat mendalami ilmu yang didapatkan dengan didukung kemampuan untuk mencari informasi tambahan di luar yang diajarkan oleh guru.

 Orientasi pemanfaatan TI ini bisa kita lihat dimana siswa tidak hanya lagi membaca, melihat dan menghafal mata pelajaran akan tetapi nantinya diharapkan siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas juga disajikan dalam bentuk multimedia dan simulasi. Untuk penyelenggaraan pendidikan berbasis TI tersebut maka semua unsur pendidikan ditantang untuk dapat mengambil peranan yang proporsional dari semua unsur tersebut, contoh salah satu unsur tersebut adalah guru, guru ditantang untuk lebih menguasai teknologi informasi dimana seorang guru untuk sekarang ini harus mencari metode dan cara penyampaian materi pelajaran lebih menarik dan tidak terkesan pembosankan, misalnya dengan menggunakan aplikasi presentasi komputer (Microsoft Office PowerPoint, dll.) yang dilengkapi dengan notebook, lcd projector, sedangkan dalam penyajiannya bisa dalam bentuk gambar-gambar, animasi dan simulasi. Sedangkan unsur lain yang tak kala penting adalah pihak penyelenggaran pendidikan (pemerintah atau suasta) dituntut untuk dapat mendukung guru dalam menyelenggaraan pendidikan berbasis TI yang diwujutkan dalam bentuk penyediaan sarana dan prasana serta pelatihan-pelatihan yang melibatkan guru-guru.